Potret Sepak Bola Indonesia : "Bersinar Di Usia Muda, Redup Saat Senior"


Demikian lah potret sepak bola Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, bersinar diusia muda tapi redup saat masuk usia senior. Apa penyebabnya? dari pengamatan yang penulis lakukan dalam 9 tahun terakhir, menurut penulis setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan timnas bersinar diusia muda tapi redup di usia senior. Mari kita bahas satu per satu faktor penyebab tersebut,
  • Tuntutan Supporter klub dan menit bermain pemain muda
Cukup banyak pelatih asing yang cukup terkejut dengan ekspektasi pemilik dan supporter klub di Indonesia, bahkan kabarnya ada sampai 10 klub yang berambisi menjadi juara kompetisi. Terus apa hubungannya hal ini dengan pemain muda? tentu saja hal ini sangat erat kaitannya, di negara yang sepak bolanya maju, sudah diambil kesimpulan bahwa latihan akan berguna bagi pemain di bawah usia 19 tahun, tapi untuk pemain yang sudah berusia 19 tahun atau lebih, menit bermain akan lebih memberi pengaruh positif daripada hanya berlatih. Maka dari itu, sudah tidak heran jika di liga liga top eropa seperti liga Spanyol, Jerman, atau bahkan Inggris kita akan sering melihat pemain berusia 16 atau 17 tahun melakukan debut di tim senior. Akan tetapi, hal demikian akan sangat sulit didapati di Indonesia. Kenapa? karena pelatih dituntut untuk mencapai hasil sesuai dengan ekspektasi yang diberikan, dengan ekspektasi yang sangat tingi dan jabatan yang dipertaruhkan, pelatih akan lebih memilih menggunakan pemain berpengalaman dari pada berusaha mengorbitkan pemain muda. Hasilnya? akan banyak pemain muda yang hanya bermain di kompetisi kelompok usia atau hanya menjadi penghangat bangku cadangan, hal ini tentu saja akan sangat menghambat pemain mencapai kemampuan maksimal dari potensi yang dimilikinya.
  • Konsistensi kompetisi diluar liga
Pada musim lalu, mulai bergulir kembali kompetisi diluar liga, yaitu Piala Indonesia, akan tetapi konsistensinya masih belum dapat dipastikan karena melihat perjalanannya musim lalu yang tidak mulus. Sebenarnya kompetisi sangat penting, karena bisa dimanfaatkan oleh klub untuk menggunakan pemain yang tidak mendapatkan menit bermain di kompetisi liga. Klub juga seharusnya tidak berkebaratan jika jadwal kompetisi menjadi lebih padat, karena seyogyanya tujuan ada lebih dari satu kompetisi resmi adalah agar pemain cadangan mendapatkan menit bermain yang cukup.
  • Pola Berpikir pemain
Meskipun sangat jarang, akan tetapi sesekali(terutama setelah tahun 2013) kita melihat beberapa pemain muda dibawah usia 19 tahun yang mulai mendapat tempat di tim senior klub liga 1 seperti contohnya Evan dimas, Zulfiandi, atau yang terbaru adalah Beckham Putra. Kemudian akan ada sebuah masalah baru disini, apa itu? "Zona nyaman", sebuah masalah yang umum dialami. Apakah seorang pemain mempunyai visi untuk terus mengembangkan level permainannya atau akan mulai mencari zona nyaman? Cukup disayangkan sebenarnya karena sepertinya banyak yang lebih memilih zona nyaman, apa sih yang dimaksud zona nyaman disini?
Zona nyaman disini adalah bermain reguler di liga Indonesia atau liga Malaysia dengan gaji yang relatif tinggi. Jarang sekali pemain Indonesia yang berani mengambil tantangan untuk bermain di liga yang levelnya lebih tinggi, seperti liga Thailand atau liga Jepang. Ada salah satu wonderkid Indonesia pada sekitar tahun 2013 yang pernah menolak kontrak dari sebuah tim di liga Jepang, alasannya? Nilai kontrak dan jarak tempuh, diketahui dari wawancara pemain tersebut dengan sebuah media online, bahwa nilai kontrak yang ditawarkan oleh klub jepang sama besarnya dengan nilai kontraknya di klub nya di liga Indonesia saat itu, sementara datang tawaran yang jauh lebih besar dari sebuah klub dari liga Malaysia(yang jaraknya lebih dekat dengan Indonesia), alhasil pemain tersebut memilih berkarir di liga Malaysia. Memang bermain di liga yang levelnya lebih tinggi memiliki banyak resiko, selain faktor bahasa juga kemungkinan mendapatkan menit bermain disana akan jauh lebih sulit dari pada bermain di liga lokal atau liga Malaysia. Tetapi apapun tantangannya, seyogyanya apabila pemain ingin mencapai level permainan yang lebih tinggi, dia harus berani mengambil tantangan tersebut.
  • Klub Kurang Serius Mengembangkan Pemain
Berbeda dengan di negara yang sepak bolanya sudah maju, umumnya liga di Indonesia tidak mengenal "transfer pemain", pemain biasanya hanya diberi kontrak jangka pendek selama satu musim atau bahkan hanya diberi kontrak selama setengah musim, maka tidak heran jika kita menemukan banyak pemain yang pindah klub dengan status bebas transfer di pertengahan musim. Hal ini membuat tidak adanya motivasi bagi klub untuk berlomba lomba mengembangkan pemain mudanya dengan baik, ditambah lagi, hampir semua klub berpikir bahwa tugas mengembangkan pemain ada pada negara(timnas), sehingga tidak mengherankan jika klub akan berlomba lomba merekrut pemain alumni timnas kelompok umur(baik u19 maupun u23). Padahal idealnya, timnas itu adalah muara dari pemain yang sebelumnya dibina oleh klub, bukan sebaliknya.

No comments:

Post a Comment