Toleransi Beragama di Indonesia



Toleransi, ya sebuah kata yang cukup akrab di telinga masyarakat Indonesia yang penduduknya beraneka ragam. Kata ini sering kali diajarkan oleh guru guru kita baik di sekolah dasar, sekolah menengah, maupun sekolah tingkat atas. Belakangan ini, seiring dengan memanasnya suhu politik menjelang pemilu 2019, toleransi menjadi salah satu topik yang cukup sering dibahas. Munculnya politik identitas pada pilgub Jakarta tahun lalu sepertinya akan terulang pada pilpres 2019 mendatang. Lantas, seperti apa sih kondisi toleransi di Indonesia saat ini?
 
Beberapa waktu yang lalu, Setara institute merilis indeks toleransi kota-kota di Indonesia, berikut dapat anda baca hasil seluruhnya : Indeks Kota Toleran Tahun 2018

Beberapa kota mendapat indeks yang cukup baik sementara kota lainnya mendapat indeks yang buruk, cukup wajar mengingat karakteristik masyarakat, tingkat pendidikan, dan keadaan sosial masyarakat tiap daerah berbeda. Lantas apa sih yang membuat penulis tertarik membahas hal ini? tentu saja karena beberapa hal yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan ini, apa saja peristiwa-peristiwa yang penulis maksud? berikut alur peristiwa yang menarik perhatian penulis,


  • Pada tahun 2017, tentu masih dalam ingatan sempat geger Penutupan patung di kelenteng.
  • Kemudian beberapa waktu yang lalu, muncul beberapa aksi protes di Indonesia mengenai kekerasan terhadap suku Uighur di China, bahkan sampai ada desakan untuk mengusir dubes China, dan tuduhan bahwa lambatnya respons pemerintah adalah karena tersandera utang luar negeri.
  • Tidak lama setelah itu ada kasus di dalam negeri yang menggegerkan masyarakat tanah air. Ya, betul, pemotongan salib di sebuah pemakaman di Yogyakarta.
  • Kemudian pada saat natal, ada pernyataan kontroversial yang dimuat di baliho di Cilacap.
Memang cukup ironis, ketika beberapa masyarakat Indonesia memperjuangkan keadilan di luar negeri, ternyata masih ada ketidak adilan yang terjadi di dalam negeri. peristiwa-peristiwa di atas yang saya sebutkan, sebenarnya adalah hanya sedikit saja peristiwa yang terjadi di negeri ini, sebelumnya masih banyak peristiwa-peristiwa yang bahkan sampai di beritakan oleh media-media luar negeri. Memang bagi masyarakat Indonesia, kita adalah negara yang sangat toleran, tapi bagi masyarakat luar negeri, belum tentu seperti itu. Belakangan ini, kita seperti sibuk menilai keadilan di negara lain, tapi mengabaikan keadilan di dalam negeri sendiri. Bahkan dari pengamatan penulis, beberapa masyarakat indonesia mulai berubah konsep toleransinya hanya karena perbedaan pilihan politik, Melalui tulisan ini, penulis berharap dan mengajak pembaca untuk senantiasa menjaga dan memelihara toleransi di negeri kita tercinta ini, bagaimana mungkin kita ingin memperjuangkan keadilan minoritas di negeri lain, sementara masih ada ketidakadilan terhadap minoritas di negeri sendiri? toleransi bukan hanya sekadar membiarkan umat bergama lain untuk bebas beribadah, tetapi juga tentang bagaimana menjaga perasaan mereka, tentu saja ada perbedaan pandangan tentang beberapa hal antara agama satu dengan lainnya, akan tetapi hendaknya perbedaan perbedaan yang dapat memancing perdebatan itu cukup disampaikan di internal saja, tidak perlu sampai di upload di media sosial atau sampai dibuat sebagai baliho di jalan. Tentu saja kita tidak ingin diperlakukan seperti itu apabila kita mengunjungi negara dimana kita menjadi minoritas bukan?





No comments:

Post a Comment