Memperbaiki Cara Memandang Sejarah, Mengatasi Kebencian, Membawa Pelajaran



Sejarah, sebuah subjek mata pelajaran yang sering kali dianggap membosankan bagi sebagian besar penuntut ilmu di negeri ini. Sering kali mata pelajaran ini dianggap layaknya dongeng masa lampau yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan keadaan masa kini. Padahal didalam sejarah itu sendiri, banyak sekali pelajaran-pelajaran berharga dan hikmah-hikmah yang dapat kita ambil sebagai bahan pembelajaran untuk tidak mengulangi kesalahan di masa yang akan datang. Yang kini lebih memprihatinkan adalah, masyarakat yang ketika menuntut ilmu menganggap sejarah sebagai suatu subjek yang membosankan, selepas dari bangku sekolah, justru memperoleh informasi sejarah dari sumber yang tidak kredibel.
Banyak yang kemudian justru mempelajari sejarah bukan dari ahlinya, hal ini sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan kesalah pahaman dan rasa takut yang tidak berdasar, ironisnya, saat ini banyak yang menganggap sejarah sebagai ilmu pasti, padahal sejarah bisa berubah seiring dengan penemuan bukti-bukti baru.
Selain kekeliruan itu, banyak pula yang memelajari sejarah hanya dari satu sudut pandang saja, memang tidak sepenuhnya salah, tapi sangat riskan, karena mempelajari sejarah hanya dari satu sudut pandang, hanya akan menjadi sarana untuk mewariskan kebencian pada suatu kasus tertentu.
Kekeliruan dalam memelajari sejarah, akan menyebabkan fungsi sejarah sebagai pengetahuan itu sendiri menjadi kabur, bukannya dijadikan sebagai pelajaran untuk melangkah menuju arah yang lebih baik, tapi justru mewariskan kebencian dan ketakutan pada generasi selanjutnya.
Oleh sebab itu, untuk membuat sejarah kembali pada hakikatnya, untuk meberikan hikmah-hikmah dan pelajaran-pelajaran berharga hendaknya kita lebih berhati-hati ketika menerima informasi sejarah dari sumber yang tidak diketahu kredibilitasnya, ketika belajar sejarah, carilah informasi dari sejarawan, arkeolog, atau ahli yang sesuai bidangnya, bukan dari dokter atau dari profesi lain yang belum tentu memahami sejarah dengan benar, atau bacalah literasi di perpustakaan-perpustakaan terdekat, dan yang paling penting ketika mempelajari sejarah yang berisi konflik, alangkah lebih baiknya apabila kita membaca dari dua sudut pandang, dari sudut pandang yang pro, sudut pandang kontra, dan jika tersedia bisa pula membaca dari sudut pandang netral. Apabila kita semua memelajari sejarah secara demikian minimal dapat meminimalisir kesalahpahaman, warisan kebencian, dan rasa takut berlebihan yang sebenarnya tidak berdasar seperti yang belakangan ini terjadi.
Sekian, semoga bermanfaat. 😁

No comments:

Post a Comment