Analisis Kekalahan Prabowo Di Pemilu 2019

Setelah putusan MK menolak gugatan pasangan nomor urut 2, maka dengan ini adalah ketiga kalinya pak Prabowo gagal dalam pencalonan baik sebagai calon wakil presiden atau sebagai calon presiden. Masing masing kubu pendukung memiliki opininya masing masing dalam perjalanan pemilu kali ini, satu kubu menganggap pemilu berjalan baik, satu kubu lagi menganggap pemilu berjalan buruk. Tapi pada postingan kali ini, saya tidak akan membahas jalannya pemilu karena itu sudah dibahas oleh banyak ahli dan sudah diadili di MK. Pada postingan kali ini saya ingin menganalisa apa sih strategi yang menyebabkan kegagalan pak Prabowo pada pemilu kali ini?


Baiklah, langsung saja, perkenankan saya menganalisa beberapa strategi yang saya anggap sebagai penyebab kekalahan pada pemilu kali ini. Pertama, politik identitas, tidak bisa dipungkiri, sejak pilkada DKI Jakarta, beliau sudah mulai menggunakan politik identitas, salah satunya terbukti dengan menunjuk salah satu ormas(tidak saya sebut, biar anda tebak sendiri, hehehe) yang dianggap sebagai ormas garis keras(bahkan oleh media asing seperti Al Jazeera) sebagai bagian badan pemenanangan, apakah ini salah? sebenarnya hal ini tidak salah 'jika' beliau berhasil merangkul semua golongan yang beliau gunakan dalam identitas tersebut, akan tetapi, kegagalan beliau dalam merangkul Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah justru menimbulkan efek negatif dalam penggunaan politik identitas, dimana mungkin secara organisasi Nahdlatul Ulama bersikap netral, akan tetapi lawan pak Prabowo berhasil merangkul pengurus-pengurus Nahdlatul Ulama, hal ini menjadi pukulan telak, karena suara yang dijadikan pendulang dalam politik identitas, dapat dikatakan terbelah menjadi dua. Kemudian, dengan beliau menunjuk ormas titik titik, sebagai badan pemenangan,beliau akan sulit mendapatkan suara di daerah mayoritas non muslim, karena ormas tersebut punya image dan preseden buruk bagi mereka, hal ini menjadi pukulan kedua yang menurut saya sangat menentukan,apalagi hal ini terbukti dengan kekalah telak beliau di daerah tersebut, jumlah penduduk non muslim memang tidak begitu besar, akan tetapi ketika suara mayoritas terbelah dua, tentu saja suara minoritas ini menjadi faktor penentu dalam Pilpres kali ini. Faktor terakhir, faktor ini yang saya anggap sebagai penentu dalam menentukan suara swing voters, yaitu janji kebijakan yang ditawarkan, pemerintahan Jokowi menimbulkan beberapa lubang yang sebenarnya dapat di ekploitasi, apalagi karena beliau beberapa kali membuat kebijakan yang sebenarnya merupakan kebijakan non populis yang jarang sekali dibuat oleh pemerintahan sebelumnya. Akan tetapi perlu dicermati, bahwa solusi yang ditawarkan hendaknya jangan berlebihan dan hendaknya konsisten, ketika solusi yang ditawarkan terlalu berlebihan, tentu saja akan sangan berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan dan efektifitas dalam memengaruhi swing voters, dan menurut pengamatan saya, beliau gagal menarik perhatian dari swing voters tersebut.

Demikian menurut saya, beberapa strategi yang saya anggap sebagai penyebab beliau gagal dalam pemilu kali ini, tentu saja mungkin masih ada faktor-faktor lain diluar dari faktor yang saya sebutkan ini.

No comments:

Post a Comment